Beda Mirrorless vs DSLR: 10 Hal Yang Harus Anda Ketahui

Dulu, kalau kita pengen punya kamera bagus jawabannya gampang: beli DSLR. Tapi itu semua berubah sejak negara api menyerang, eh salah, sejak mirrorless mulai diperkenalkan, hehe..

Sebenarnya dari dulu sudah ada kamera “tanpa cermin” seperti kamera pocket, namun istilah mirrorless melejit berkat kemampuannya untuk gonta ganti lensa. Dan itulah yang membuat pertanyaan “mending beli yang mana” ini muncul.

Tenang, berikut adalah 10 hal yang harus Anda ketahuit tentang Mirrorless vs DSLR. Semoga nanti bisa lebih mengerti perbedaan keduanya ya…

 

Ukuran & Berat

DSLR: seringkali berukuran besar, dempal, ini akan ngebantu banget kalau pas pakai lensa tele yang panjang (dan berat).

Mirrorless: yup, secara umum mirrorless jelas akan lebih kecil, tapi kadang malah lensa-lensa untuk mirrorless juga segedhe gaban juga kayak punya DSLR

Ukurannya yang kecil adalah daya jual utama kamera mirrorless, tapi bukan berarti pada prakteknya mirrorless akan selalu lebih kecil dari DSLR. Ketika ngefoto (dan ngevideo), kita juga menggunakan lensa, nggak hanya body kamera saja. Karena itu, terkadang ketika mirrorless Anda dikombinasikan dengan lensa yang guedhe, ya sama aja jadinya besar juga.

Problem soal ukuran lensa ini ada di semua kamera mirrorless, baik yang full frame maupun yang sensornya APS-C. Meskipun lensa kit bawaan mirrorless relatif kecil, pasti ada aja kalanya ketika kita harus ganti lensa, dengan focal length yang panjang, terutama kalau kita udah makin niat sama fotografi. Dan, terjadilah kombinasi kamera yang kurus dengan lensa yang gendut.

Nah uniknya, sejalan dengan berjalannya waktu, dan semakin canggihnya teknologi mirrorless zaman sekarang, tahun ke tahun ukuran kamera-kamera mirrorless yang “high-end” malah tambah besar. Dan di titik inilah kita mulai bingung harus beli yang mana kan? soalnya ukuran juga mulai sama hehe..

 

Lensa

DSLR: rata-rata memiliki beragam pilihan focal length dan diafragma

Mirrorless: pilihan lensa masih bertumbuh, sepertinya segera sebanyak punya DSLR

Jika Anda ingin punya banyak pilihan lensa, maka menggunakan DSLR harusnya jadi pilihan utama Anda, karena selain tipe yang macam-macam dari brand bawaan kamera, banyak merk 3rd party yang support DSLR (seperti Tamron, Sigma).

Meskipun mirrorless baru keluar 10 tahun lalu, dan saat ini lensa-lensa yang khusus untuk mirrorless memang belum banyak pilihannya, namun mirrorless masih mungkin menggunakan lensa-lensa DSLR dengan menggunakan adapter.

Sebaliknya, kamera DSLR tidak bisa menggunakan lensa-lensa mirrorless karena titik fokus yang terlalu jauh sehingga tidak akan pernah bisa fokus.

Namun sejalan dengan semakin hits-nya mirrorless, kita bisa berharap pilihan lensa yang lebih banyak ke depannya.

 

Viewfinder

DSLR: masih banyak fotografer yang lebih nyaman dengan tampilan optik untuk tampilan yang lebih jelas dan bebas nge-lag.

Mirrorless: sementara yang lain malah lebih suka dengan live view versi digital yang ditampilkan di LCD.

Semua DSLR, bahkan yang paling murah, selalu dilengkapi dengan optical viewfinder karena memang itu salah satu desain yang ditawarkan oleh DSLR sejak dulu kala.

Di sisi lain meskipun ada beberapa mirrorless yang menawarkan viewfinder, namun kebanyakan mirrorless tidak. Sehingga Anda harus menggunakan LCD di bagian belakang untuk mengkomposisi foto Anda. Alhasil, terang dikit aja (atau di outdoor), maka Anda akan kesusahan live view di LCD.

Mirrorless yang menawarkan viewfinder biasanya yang agak mahalan, itupun adalah electronic viewfinder—maksudnya menampilkan apa yang diterima sensor secara langsung, tidak melalui cermin optikal. Nah, electronic viewfinder ini kalau yang baru-baru udah nggak ada pixelation (alias kelihatan kotak-kotak) seperti mirrorless zaman awal, namun Anda masih akan menemukan kasus yang kadang agak lag ketika nggerakin kamera terlalu cepat.

Keuntungan menggunakan electronic viewfinder adalah kita bisa menerima lebih banyak informasi dibandingkan dengan optical viewfinder. Kenapa? Karena electronic viewfinder bisa nge-simulasi-kan kira-kira hasil akhir foto kita akan seperti apa, warnanya, distorsinya, tajamnya, dll. Plus masih bisa lihat sebaran histogram secara live.

Namun, simulasi ini tidak selalu sempurna, karena itu masih banyak fotografer yang cenderung memilih pakai optical viewfinder, melihat secara apa adanya tanpa ada gangguan dari settingan kamera yang kita pilih, dan melihat hasil akhirnya kemudian. Lagipula, dengan gini waktu kondisi terang pun kita tetap bisa melihat secara detail tanpa tergantung dengan LCD.

Baca juga :   LED Bisa Jadi YOUR ONLY LIGHT SOURCE, Loh!

 

Autofocus

DSLR: kalau dulu, autofocus DSLR jelas jauh lebih unggul, tapi kalau sekarang beda cerita. Secara umum, intinya autofocus pada DSLR lebih baik dalam tracking subjek kita, tapi tidak seberapa akurat saat live view.

Mirrorless: sebaliknya, live view cukup akurat saat kita melihat lewat LCD. Dan seri-seri terbaru bisa dibilang autofocusnya udah bagus-bagus semua.

DSLR rata-rata sudah menggunakan “phase-detection” dalam autofocus-nya yang ketika dipakai sangat responsive dengan pergerakan, alhasil ya rata-rata sudah sangat cepat. Namun, kelemahannya adalah metode ini hanya bisa jalan jika cermin di dalam kamera menghadap ke bawah. Sementara ketika Anda menggunakan live view di LCD untuk mengkomposisi (yang mana saat itu cermin menghadap ke atas), sistem ini nggak jalan. DSLR akan otomatis menggunakan sistem contrast AF yang relatif lebih lambat.

Tapi kalau Anda berniat pakai DSLR keluaran baru seperti: EOS 800D, 80D, dan 5D Mk IV, maka Anda tidak perlu begitu khawatir. Canon memberikan inovasi baru dimana phase detection ini sudah dipasang di dalam sensor. Hal ini akan mengatasai masalah DSLR pada umumnya seperti yang dijelaskan di atas.

Sementara itu, mirrorless bergantung sepenuhnya pada sensor (tidak pakai cermin) dan rata-rata menggunakan contrast AF. Yang perlu diperhatikan adalah contrast AF di mirrorless lebih cepat jika dibandingkan dengan contras AF di DSLR. Kok bisa gitu? Karena lensa-lensa mirrorless udah didesain khusus supaya bisa perfom dari sisi autofocus juga.

Kalau mirrorless pakai lensa DSLR gimana? Otomatis ada penurunan kecepatan di sisi autofocus, tapi kan nggak mengurangi kualitas hasil foto :).

Berita bagus dari sisi mirrorless adalah banyak keluaran baru yang menggunakan sistem hybrid AF. Sistem ini menggabungkan phase detection dan contrast AF. Dengan sistem ini, mirrorless baru nggak hanya cepat, tapi juga akurat dalam mengunci fokusnya.

 

Continous Shot

DSLR: bahkan DSLR terbaik pun udah kalah cepet kalau udah ngomong speed burst mode

Mirrorless: desain mirrorless memungkinkan produsen memasangi fitur high speed burst mode

Dalam ngefoto action (alias subjek bergerak), kita pasti menggunakan burst mode agar bisa njepret banyak dan berharap beberapa ada yang fokus dan memberikan foto yang bagus. Dan di poin inilah kamera mirrorless bisa lebih unggul.

Tanpa cermin, artinya hanya sedikit part pada mirrorless yang “bergerak” untuk menghasilkan satu jepretannya, dan memungkinkan njepret lebih cepet. Karena itulah kalau udah ngomong speed pada mode burst mode, mirrorless lebih di depan.

Beberapa mirrorless bahkan ada yang menawarkan burst speed hingga 60fps. Yang perlu diingat di sini adalah: burst mode membantu kita mendapatkan banyak gambar ketika ada momen bagus yang lewat, tapi semakin banyak gambar yang Anda foto, semakin cepat memory penuh juga, dan Anda juga harus memilah satu persatu foto sebanyak itu untuk dapat yang “paling bagus”.

Jadi tetaplah bijak dalam melihat spesifikasi di sini :)

Video

DSLR: dulu dijadikan andalan utama dalam hal video, beberapa tahun ke belakang ini mulai disalip oleh mirrorless

Mirrorless: 4K udah mulai jadi resolusi umum, AF yang terus lebih bagus – ini masa depan, guys!

Kamera DSLR adalah kamera pertama yang menawarkan resolusi profesional HD dan Full HD. Diiringi dengan luasnya pilihan lensa dan aksesoris lain, serta support yang sudah diakui, banyak profesional videografer yang memilih DSLR.

Tapi itu dulu, sebelum mirrorless hadir dengan fitur-fitur video yang gendeng.

Resolusi video 4K sudah jadi standar umum di kamera-kamera mirrorless keluaran terbaru, sementara DSLR belum beranjak dari Full HD. Kemudian juga ada live view autofocus yang sangat efisien sekali dan hingga saat ini hanya ada di mirrorless. Plus hal ini juga ditunjang dengan semakin banyaknya adapter dan aksesoris-aksesoris lain yang diperuntukkan kamera compact ini.

Baca juga :   6 Masalah Umum yang Sering Terjadi Pada Kamera Digital & Solusinya

Kamera-kamera mirrorless baru seperti Panasonic Lumix GH5 dan Sony A7S II bahkan disukai oleh baik fotografer maupun videografer profesional.

 

Fitur

DSLR: bahkan DSLR yang entry level sudah lengkap dengan full manual control

Mirrorless: belakangan ini mulai mengimbangi DSLR dalam hal kontrol, bahkan di beberapa seri selangkah dua langkap lebih maju

Dalam hal fitur fotografi dan kontrol, sulit membedakan DSLR dan mirrorless.

Keduanya menawarkan manual kontrol yang sudah canggih, exposure, kecepatan fokus, dan juga sama-sama bisa memotret dalam format RAW dan JPEG, memungkinkan kita semua mendapatkan hasil yang bagus terlepas mau pakai yang mana saja.

Namun terus ingat tentang viewfinder ya — semua DSLR memiliki viewfinder, namun mirrorless yang relatif “hemat” cenderung tidak punya.

 

Kualitas Gambar

DSLR: menggunakan teknologi terbaru dan the best baik untuk sensor APS-C maupun Full Frame mereka

Mirrorless: menggunakan sensor yang sama, tapi beberapa seri menggunakan format yang lebih kecil

Nggak ada yang bisa dipilih di sini. Memang benar bahwa resolusi terbesar pada DSLR, Canon EOS 5D bisa memotret full frame dan masih di resolusi 50MP. Sementara Sony A7R III sebenarnya nggak jauh-jauh juga dengan resolusi 42.2 MP-nya.

Kualitas gambar bukan soal megapixel aja tentunya ya kan? Karena faktor utama dalam hal kualitas gambar ada pada ukuran sensor. Sensor full frame adalah sensor dengan ukuran terbesar (saat ini) dan menawarkan kualitas terbaik, namun sensor APS-C juga sudah cukup bagus dan lebih murah.

Anda bisa mendapatkan kedua jenis sensor tersebut baik di DSLR maupun mirrorless.

Yang perlu diingat adalah masih ada beberapa mirrorless di pasaran yang sensornya menggunakan micro 4/3 (lebih kecil dari APS-C). Kamera dengan sensor lebih kecil memang cenderung memiliki ukuran bodi dan lensa yang lebih kecil. Karena itu putuskan kembali mana yang lebih penting bagi Anda, ukuran atau kualitas gambar.

 

Ketahanan Baterai

DSLR: rata-rata tahan sampai 600-800 jepretan, seri yang bagusan bisa sampai 1000 jepretan

Mirrorless: rata-rata baterainya lebih cepat habis, kuat hingga 300-400 jepretan. Pastikan ada baterai cadangan

Ngebahas soal perbandingan baterai emang nggak asyik ya? Tapi jadi penting banget kalau perbedaanya sangat kerasa seperti kasus DSLR vs mirrorless ini.

Sebagai contoh, Nikon D7500 bisa dipakai njepret hingga 950 foto dalam sekali charge, sementara Fujifilm X-T2 (yang speks nya nggak jauh-jauh juga) hanya bisa tahan sampai 340 foto sebelum akhirnya baterai habis.  Pola yang sama akan terjadi di semua pebandingan DSLR dan mirrorless lainnya.

Masih belum jelas kenapa, tapi secara fisik memang baterai DSLR ukurannya seringkali lebih besar. Beberapa dari kita mungkin Anda yang kepo “Kan menggerakkan cermin butuh daya lebih besar?” Atau “LCD terus nyala kan otomatis cepet ngabisin baterai…”. Namun, sepertinya bukan karena itu alasannya.

Yang jelas dalam soal baterai ini, DSLR memang memiliki ketahanan baterai yang lebih baik dan siap-siaplah membeli baterai cadangan jika menggunakan mirrorless.

 

Harga

DSLR: beli DSLR murah seringkali dirasa lebih worthy daripada beli mirrorless murah

Mirrorless: Mirrorless hemat nggak punya viewfinder; yang ada viewfinder-nya cenderung lebih mahal

Anda mungkin berharap bahwa mirrorless sebagai kamera yang lebih kecil dan lebih simple jatuhnya akan lebih murah. Tapi faktanya nggak gitu juga kok.

Karena misalnya sekarang, kamera DSLR Canon seri tiga digit seperti EOS 750D harganya juga hampir sama dengan Sony A6000. Sama-sama APS-C, sama-sama ada viewfinder (meskipun satunya EVF) dan spesifikasi relatif memper nggak beda jauh. Itupun dengan baterai 750D yang lebih tahan dan ukuran A6000 yang lebih kecil. Tapi dari sisi harga, hampir sama (8jutaan).

Memang secara harga, baru akhir-akhir ini saja mulai sama, mengikuti spesifikasi mirrorless yang terus berkembang maka harganya juga berangsur-angsur lebih mahal setiap keluar model baru.

Jadi tips bagi Anda mungkin mulai sekarang harus benar-benar menimbang-nimbang antara DSLR dan mirrorless. Harapan kami 10 perbedaan “singkat” ini menjadi gambaran yang cukup bagus untuk memutuskan beli yang mana… :)

4 comments

  1. Bagus mana sensor canon 5d mark ii vs sony a7 (sama2 full frame tuh makanya bikin saya bingung)?
    Mohon bantuan admin. Mksih?

  2. Patriot Widodo

    Bagus mana ini selalu soal selera kak… dikatakan bagus ketika lebih tajam kah, atau ketika produksi warna lebih kaya, atau dynamic range lebih lebar atau tidak……. mau tidak mau memang perlu research dikit di forum2 yang pernah upload hasil foto, dengan harapan bisa jadi gambaran…

    Tapi overall sama-sama full frame biasanya sudah top quality dengan dynamic range tinggi, sehingga memungkinkan leluasa di post editing

Leave a Reply
Chat

Klik Tombol di bawah ini
untuk Chat

Jam Operasional 09:00 - 22:00